Pemanfaatan Metode Demonstrasi dengan Bantuan
Tutor Sebaya Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA
Pokok Bahasan Gaya, Gerak dan Energi Listrik di Kelas VI
Salmani, S.Pd.SD
Guru di Sekolah Dasar Negeri
006 Babulu
Kecamatan Babulu Kabupaten
Penajam Paser Utara
Kalimantan Timur
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk
meningkatkan perhatian dan hasil belajar siswa pada materi Gaya, Gerak, dan
Energi Listrik, melalui penerapan metode pembelajaran Demonstrasi dengan
bantuan tutor sebaya. Penelitian ini dilaksanakan di SDN 006 Babulu tahun
pembelajaran 2012/2013, dengan subyek penelitian adalah siswa kelas VI semester
II yang berjumlah 30 siswa. Instrumen penelitian yang digunakan adalah
observasi terhadap siswa dan guru, serta tes hasil belajar yang terdiri dari 10
soal uraian untuk setiap siklus. Penelitian ini dilaksanakan dalam tiga siklus,
yang setiap siklusnya terdiri dari dua kali pertemuan. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa melalui penerapan metode pembelajaran demonstrasi dengan bantuan
tutor sebaya dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada pokok bahasan Gaya,
Gerak, dan Energi Listrik. Hal ini dapat dilihat dari nilai tes secara kuantitas dan kualitas mengalami
peningkatan setelah diberikan tindakan. Pada siklus pertama diperoleh nilai
rata-rata kelas 64,67 (cukup), pada siklus kedua diperoleh nilai rata-rata
kelas 69 (cukup) dan pada siklu ketiga diperoleh nilai rata-rata kelas 74,33
(baik). Dengan demikian dapat
diambil kesimpulan bahwa dengan metode demonstrasi dengan memberdayakan tutor
sebaya dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa khususnya pada pokok bahasan Gaya,
Gerak, dan Energi Listrik.
Kata-kata kunci : Metode Demonstrasi, Tutor sebaya, Hasil
belajar.
A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Mengajar menurut pengertian
mutakhir merupakan suatu perbuatan yang kompleks. Perbuatan mengajar yang
kompleks dapat diterjemahkan sebagai penggunaan secara integratif sejumlah
komponen yang terkandung dalam perbuatan mengajar itu untuk menyampaikan pesan
pengajaran. Atau dengan gaya bahasa lain, mengajar adalah penciptaan sistem
lingkungan yang memungkinkan terjadinya proses belajar. Sistem lingkungan ini
terdiri dari komponen-komponen yang saling mempengaruhi, yakni tujuan
instruksional yang ingin dicapai, materi yang diajarkan, guru dan siswa yang memainkan
peranan serta ada dalam hubungan sosial tertentu, jenis kegiatan yang
dilakukan, serta sarana dan prasarana belajar mengajar yang tersedia.
Kedudukan guru dalam
pengertian ini sudah tidak dapat lagi dipandang sebagai penguasa tunggal dalam
kelas atau sekolah, tetapi dianggap sebagai manager of learning (pengelola
belajar) yang perlu senantiasa siap membimbing dan membantu para siswa dalam
menempuh perjalanan menuju kedewasaan mereka sendiri yang utuh dan menyeluruh. Untuk
melaksanakan tugas secara profesional, guru memerlukan wawasan yang mantap
tentang kemungkinan-kemungkinan strategi atau metode belajar mengajar yang
sesuai dengan tujuan belajar yang telah dirumuskan.
Metode merupakan fasilitas
untuk mengantarkan bahan pelajaran dalam upaya mencapai tujuan. Oleh karena
itu, bahan pelajaran yang disampaikan harus memperhatikan pemakaian metode agar
tujuan pengajaran tercapai. Pengalaman membuktikan bahwa kegagalan pengajaran
salah satunya disebabkan oleh pemilihan metode yang kurang tepat. Kelas yang
kurang bergairah dan kondisi anak didik yang kurang kreatif dikarenakan
penentuan metode yang kurang sesuai dengan sifat bahan dan tujuan pengajaran. Hal yang senada juga diungkapkan oleh
Roestiyah (1991,43) mengatakan bahwa, dalam kegiatan belajar mengajar, guru
dapat mengkombinasikan beberapa teknik penyajian pembelajaran, yang disesuaikan
dengan karakteristik materi yang dibahas sesuai tujuan yang dirumuskan.
Guru juga harus menyadari
bahwa selain proses mengajar di kelas juga terjadi proses belajar, dan bahwa kemampuan
penerimaan siswa berbeda satu sama lain sehingga jika acuan mengajar guru
adalah siswa yang berkemampuan tinggi, maka siswa berkemampuan rendah akan sulit mengikuti PBM, begitu pula sebaliknya. Hal
yang seringkali dikeluhkan oleh guru ialah metode apa yang dapat membuat siswa
yang berkemampuan tinggi tetap tertarik dan siswa berkemampuan rendah mengerti
dengan pelajaran tersebut? Selain itu, kadang siswa sungkan bertanya kepada
guru tentang materi yang kurang dipahami olehnya.
Oleh karena itu, peneliti
mengambil metode Demonstrasi dengan bantuan tutor sebaya pada mata pelajaran IPA
pokok bahasan Gaya, Gerak, dan Energi Listrik. Dalam metode ini siswa
berkemampuan tinggi membimbing siswa berkemampuan rendah sambil mengasah
kemampuannya sendiri sehingga semua siswa tetap perhatian saat PBM. Vernon A.
Magnesen mengatakan bahwa, kita belajar berdasarkan 10% dari apa yang kita
baca, 20% dari apa yang kita dengar, 30% dari apa yang kita lihat, 50% dan apa
yang kita lihat dan dengar, 70% dari apa yang kita katakan, dan 90% dari apa
yang kita katakan dan lakukan. Pernyataan ini menjadi landasan berpikir
penelitian ini. Selain itu, siswa lebih senang bertanya kepada temannya tentang
pelajaran yang kurang dipahami olehnya.
2. Pembatasan Masalah
Bertitik tolak pada latar
belakang, permasalahan yang akan diatasi dalam penelitian tindakan kelas ini
adalah “kurangnya perhatian siswa dalam pembelajaran IPA siswa kelas VI SDN
006 Babulu tahun ajaran 2012/2013 semester II sehingga hasil belajar siswa terhadap materi
kurang memuaskan”.
3. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah “Bagaimana meningkatkan perhatian siswa terhadap materi IPA
siswa kelas VI SDN 006 Babulu tahun ajaran 2012/2013 semester II pada
pokok bahasan Gaya, Gerak, dan Energi Listrik dengan bantuan tutor sebaya untuk
meningkatkan hasil belajar siswa?”.
4. Tujuan Penelitian
Bertumpu pada rumusan masalah maka tujuan penelitian ini
adalah untuk meningkatkan perhatian dan hasil belajar siswa dengan bantuan
tutor sebaya dalam pembelajaran IPA siswa kelas VI SDN 006 Babulu tahun ajaran 2012/2013 semester II.
5. Manfaat
Penelitian
Penelitian
ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi :
a. Bagi guru (peneliti) : Menambah pengalaman
dan wawasan peneliti untuk meningkatkan hasil belajar siswa dengan metode
demonstrasi dengan bantuan tutor sebaya dalam kegiatan belajar mengajar
b. Bagi siswa : Diharapkan dengan menggunakan
metode demonstrasi dengan bantuan tutor sebaya dapat meningkatkan aktivitas dan
pemahaman siswa dalam memahami materi yang disampaikan oleh guru sehingga dapat
meningkatkan nilai rat-rata hasil belajar
c. Bagi sekolah : Sebagai bahan kajian lebih
lanjut, tentang keberhasilan belajar dengan memanfaatkan Metode yang tepat dan
siswa yang pandai untuk meningkatkan hasil belajar siswa lainnya.
B.
Kajian Teori
1.
Metode Demonstrasi Dalam PTK
Penggunaan metode demonstrasi mempersyaratkan adanya suatu keahlian untuk
mendemonstrasikan penggunaan alat atau melaksanakan kegiatan tertentu seperti kegiatan
sesungguhnya. Keahlian mendemontrasikan
tersebut harus dimilki oleh guru atau
pelatih. Setelah didemonstrasikan, siswa
diberi kesempatan melakukan latihan keterampilan atau proses yang sama di bawah
bimbingan guru, pelatih, atau instruktur.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan
teknik demonstrasi adalah sebagai berikut :
a. Guru harus mampu menyusun tujuan
instruksional, agar dapat memberi motivasi yang kuat pada siswa untuk belajar.
b. Pertimbangkanlah baik-baik apakah
pilihan teknik anda mampu menjamin
tercapainya tujuan yang telah dirumuskan
c. Amatilah apakah jumlah siswa memberi kesempatan
untuk suatu demonstrasi yang berhasil, bila tidak anda harus mengambil
kebijaksanaan lain.
d. Apakah anda telah meneliti alat-alat dan
bahan yang akan digunakan mengenai jumlah, kondisi, dan tempatnya. Juga anda perlu mengenal baik-baik, atau
lebih mencoba terlebih dahulu; agar demonstrasi berhasil
e. Harus sudah menentukan garis besar
langkah-langkah yang akan dilakukan
f. Apakah tersedia waktu yang cukup,
sehinggaanda dapat memberi keterangan bila perlu, dan siswa bisa bertanya
g. Selama demonstrasi berlangsung guru harus
memberi kesempatan pada siswa untuk mengamati dengan baik dan bertanya
Anda perlu mengadakan evaluasi apakah demonstrasi
yang anda lakukan itu berhasil; dan bila perlu demonstrasi bisa diulang.
Metode
demonstrasi tepat dilakukan bila :
a. Kegiatan pembelajaran bersifat formal,
magang, atau latihan kerja
b. Materi pelajaran berbentuk keterampilan
gerak, petunjuk sederhana untuk melakukan keterampilan dengan menggunakan
bahasa asing, dan prosedur melaksanakan suatu kegiatan
c. Guru, pelatih, atau instruktur bermaksud
menggantikan dan menyederhanakan penyelesaian suatu prosedur maupun dasar
teorinya.
d. Pengajar bermaksud menunjukkan suatu
standar penampilan
Dengan
demonstrasi, proses penerimaan siswa terhadap pelajaran akan lebih berkesan
secara mendalam; sehingga membentuk pengertian dengan baik dan sempurna. Juga siswa dapat mengamati dan memperhatikan
pada apa yang diperlihatkan guru selama pelajaran berlangsung. Adapun
penggunaan teknik demonstrasi mempunyai tujuan agar siswa mampu memahami
tentang cara mengatur atau menyusun sesuatu.
2.
Tutor Sebaya
a. Pemanfaatan Tutor Sebaya
Pemanfaatan
tutor sebaya dapat diartikan sebagai perbuatan atau proses yang dari hasil
proses tersebut dapat memberikan manfaat (Depdikbud, 1996). Tutor sebaya adalah
siswa di kelas tertentu yang memiliki kemampuan di atas rata-rata anggotanya
yang memiliki tugas untuk membantu kesulitan anggota dalam memahami materi
ajar. Dengan menggunakan model tutor sebaya diharapkan setiap anggota lebih
mudah dan leluasa dalam menyampaikan masalah yang dihadapi sehingga siswa yang
bersangkutan terpacu semangatnya untuk mempelajari materi ajar dengan baik (Sawali
Tuhusetya. 2007).
b. Pemilihan
Tutor Sebaya
Mukhtar dan Rusmini (2003)
menyatakan pemilihan tutor sebaya tidak harus siswa yang paling pandai
dikelasnya, tetapi tentunya siswa tersebut sudah menguasai terhadap bahan ajar
atau materi pelajaran yang akan ditutorkan.
Ini berarti bahwa siswa yang pintar atau pandai di kelas belum menjamin bahwa
siswa tersebut menguasai bahan ajar IPA, karena ada kalanya seorang siswa tentu
saja memiliki beberapa kelemahan khususnya dalam menguasai materi tetentu.
Dasar pertimbangan dalam
memilih tutor sebaya selain menguasai bahan ajar yang akan ditutorkan. Siswa
tersebut juga harus mampu menjabarkan atau menjelaskan ulang bahan ajar tersebut
kepada siswa lainnya, dan mampu menjabarkan atau menjelaskan ulang kepada
teman-temannya jika terjadi kebuntuan dalam kelompok belajar. Pada saat inilah
tutor sebaya akan terlihat peranannya dalam pembelajaran.
Dalam pemilihan tutor sebaya
hal-hal yang perlu dipertimbangkan menurut Natawidjaja (1993) adalah sebagai
berikut:
1) Memiliki kemampuan dalam penguasaan
materi.
2) Memiliki kemampuan dalam membantu orang
lain (menjelaskan bahan ajar)
3) Memiliki hubungan sosial yang baik dengan
teman-temannya.
1) Memiliki kemampuan akademis di atas
rata-rata siswa satu kelas;
2) Mampu menjalin kerja sama dengan sesama
siswa;
3) Memiliki motivasi tinggi untuk meraih
prestasi akademis yang baik;
4) Memiliki sikap toleransi dan tenggang rasa
dengan sesama;
5) Memiliki motivasi tinggi untuk menjadikan
kelompok diskusinya sebagai yang terbaik;
6) Bersikap rendah hati, pemberani, dan
bertanggung jawab; dan
7) Suka membantu sesamanya yang mengalami
kesulitan.
Metode Demonstrasi dengan model tutor sebaya merupakan
kelompok kerja yang beranggotakan 5-6 siswa pada setiap kelas di bawah
bimbingan guru mata pelajaran. Untuk menghidupkan suasana kompetitif, setiap
kelompok harus terus dipacu untuk menjadi kelompok yang terbaik. Oleh karena
itu, selain aktivitas anggota kelompok, peran ketua kelompok atau tutor sangat
besar pengaruhnya terhadap keberhasilan kelompok dalam mempelajari materi ajar
yang disajikan. Ketua kelompok dipilih secara demokratis oleh seluruh siswa.
Sebelum diskusi kelompok terbentuk, siswa perlu mengajukan calon tutor. Tutor atau ketua kelompok memiliki tugas
dan tanggung jawab sebagai berikut:
1) Memberikan tutorial kepada anggota
terhadap materi ajar yang sedang dipelajari;
2) Mengkoordinir proses diskusi agar
berlangsung kreatif dan dinamis;
3) Menyampaikan permasalahan kepada guru
pembimbing apabila ada materi ajar yang belum dikuasai;
4) Menyusun jadwal diskusi bersama anggota
kelompok, baik pada saat tatap muka di kelas maupun di luar kelas, secara rutin
dan insidental untuk memecahkan masalah yang dihadapi;
5) Melaporkan perkembangan akademis
kelompoknya kepada guru pembimbing pada setiap materi yang dipelajari.
Peran
guru dalam metode Demonstrasi dengan pemanfaatan tutor sebaya hanyalah sebagai
fasilitator dan pembimbing terbatas. Artinya, guru hanya melakukan intervensi
ketika betul-betul diperlukan oleh siswa.
Berikut adalah langah-langkah
dari strategi tersebut :
1) Beberapa siswa yang dianggap cerdas dalam pelajaran
IPA dikumpul 1 minggu sekali untuk dilatih.
2) Siswa yang telah dilatih tersebut nantinya
akan dibagi dalam beberapa kelompok (dibagi dalam 2 kelompok, semakin banyak
kelompok semakin baik sebab jumlah siswa yang belajar dalam kelompok akan lebih
sedikit ), kemudian siswa tersebut akan mengumpulkan siswa yang lain untuk bergabung
dalam kelompok yang ada.
3) Teknis pelaksanaannya adalah menggunakan
pre test dan pos test. Pada 5-10 menit pertama siswa mengerjakan soal yang
diberikan, setelah itu soal dibahas bersama dengan tutor sebaya. Untuk
mengetahui tingkat pemahaman materi yang sudah diajarkan oleh rekannya diakhir
sesi maka diberikan post test.
3.
Hasil Belajar
Untuk meningkatkan
hasil belajar siswa di sekolah, salah satu faktor penunjang adalah adanya
proses belajar yang efektif. Belajar adalah suatu perubahan tingkah laku
sebagai hasil dari suatu praktek atau latihan (Sudjana, 1991). Menurut Slameto
(1995), belajar adalah proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh
suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil
pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Ini berarti bahwa
perubahan seseorang merupakan hasil belajar, misalnya dari tidak dapat
berhitung menjadi dapat berhitung.
Hasil belajar dapat diukur
dengan hasil tes yang diberikan. Tes merupakan sekelompok pertanyaan berbentuk
lisan maupun tulisan yang harus dijawab atau diselesaikan oleh siswa (Slameto,
1998). Menurut Arikunto (1992), tes merupakan alat atau prosedur yang digunakan
untuk mengetahui dan menilai sesuatu. Penilaian hasil belajar bertujuan melihat
kemajuan siswa dalam hal penguasaan materi pengajaran yang telah dipelajari
sesuai dengan tujuan-tujuan yang telah ditetapkan (Rohani, 1995). Dengan
demikian yang dimaksud dengan hasil belajar IPA adalah perubahan yang dicapai
siswa setelah melakukan kegiatan belajar IPA yang dapat diukur dengan
menggunakan tes. Tes dilaksanakan pada awal pembelajaran dan pada setiap akhir
siklus untuk melihat peningkatan hasil belajar siswa.
4.
Gaya, Gerak, dan Energi
Listrik
a.
Gaya dan Gerak
Pada permainan tarik tambang, orang akan melakukan tarikan terhadap tali
atau kita katakan orang melakukan gaya terhadap tali. Tali tambang tentunya
akan lebih mudah jika ditarik oleh banyak orang dibandingkan ditarik oleh satu
orang. Hal ini menunjukkan gaya yang dilakukan oleh beberapa orang lebih besar
daripada oleh satu orang. Setelah melakukan tarik tambang, biasanya orang akan
merasa capek dan lapar karena pada saat melakukan gaya diperlukan energi. Energi dalam tubuh kita
berasal dari makanan yang kita makan. Bahan makanan dalam tubuh kita akan
diubah menjadi energi kimia. Selanjutnya, energi kimia diubah menjadi energi
otot untuk melakukan kerja.
Setiap hari kita melakukan atau melihat orang lain melakukan bermacam-macam
kegiatan, misalnya mendorong mobil mogok, menarik gerobak pasir, menendang
bola, tarik tambang. Kegiatan-kegiatan tersebut yaitu mendorong dan menarik
merupakan cara bekerjanya gaya terhadap benda. Saat orang mendorong mobil mogok
atau menendang bola, berarti orang tersebut sedang memberikan gaya dorong pada
mobil atau bola. Saat kita menarik gerobak pasir atau melakukan permainan tarik
tambang, berarti kita sedang memberikan gaya tarik pada gerobak pasir dan tali
tambang.
Suatu tarikan atau dorongan yang menyebabkan benda bergerak di sebut gaya.
Tarikan dan dorongan selain dapat dilakukan manusia, juga dapat dikeluarkan
oleh hewan maupun benda-benda, misalnya kerbau menarik pedati, magnet menarik
benda-benda yang terbuat dari besi dan baja, pesawat dapat tinggal landas
karena gaya dorong yang dihasilkan mesin, batu terlontar dari katapel karena
dorongan karet katapel yang terenggang. Besar kecilnya gaya dapat diukur oleh
sebuah alat, yaitu dinamometer. Satuan gaya adalah Newton .
b.
Energi Listrik
Bagaimana cara menghasilkan energi listrik?
Untuk memahami energi listrik, kamu harus memahami gejala kelistrikan terlebih
dahulu. Suatu benda mengandung ribuan muatan listrik yang sangat kecil. Ada dua
jenis muatan listrik, yaitu muatan positif (+) dan muatan negatif (–). Jumlah
muatan listrik pada setiap benda sama. Gejala kelistrikan muncul ketika kedua
muatan tersebut tidak sama.
Listrik yang umumnya kita kenal adalah
listrik yangmengalir. Listrik yang mengalir disebut arus listrik. Benda yang
dapat menghasilkan arus listrik dinamakan sumber energi listrik, misalnya
baterai.
Baterai berisi zat
kimia yang dapat berubah men-jadi energi listrik. Apabila kutub positif (+) dan
kutub negatif (–) dihubungkan dengan menggunakan kawat, arus listrik akan
mengalir. Untuk mengetahui baterai itu mengalirkan arus listrik, kamu dapat
memasang sebuah lampu. Apabila lampunya
menyala berarti arusnya mengalir.
Gambar 1 Rangkaian Arus Listrik
c.
Konduktor dan Isolator Listrik
Konduktor listrik adalah benda yang dapat menghantarkan arus listrik,
misalnya benda dari logam. Adapun isolator listrik adalah benda yang tidak
dapat menghantarkan arus listrik, misalnya plastik dan karet.
d.
Perubahan Energi Listrik
Energi dapat berubah dari satu bentuk ke bentuk yang lain. Ketika kamu
menggosok kedua telapak tangan, kamu akan merasakan panas dari tanganmu karena
energi gerak yang dihasilkan dari kedua telapak tangan berubah menjadi energi
panas.
Lampu yang menyala merupakan
perubahan energi listrik menjadi energi panas dan energi cahaya.
C.
Metodologi Penelitian
1. Rancangan Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SDN 006 Babulu tahun ajaran 2012/2013 dengan subyek penelitian adalah siswa kelas VI semester II. Setiap siklus mesti melalui tahapan
perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi. Penelitian tindakan
kelas dijabarkan sebagai berikut :
Tabel 1. Sajian Materi Pada Setiap Siklus.
Siklus
|
Pertemuan
|
Materi
|
I
|
1
2
|
·
Menjelaskan konsep Gaya, gerak, dan energi.
·
Penyampaian sedikit materi yang belum terselesaikan dan
evaluasi hasil belajar siklus I dengan 10 soal uraian dalam waktu 60 menit
|
II
|
1
2
|
·
Menjelaskan konsep arus listrik, rangkaian listrik,
konduktor dan isolator.
·
Penyampaian sedikit materi yang belum terselesaikan dan
evaluasi hasil belajar siklus II dengan 10 soal uraian dalam waktu 60 menit
|
III
|
1
2
|
·
Menjelaskan konsep sumber-sumber listrik, manfaat dan
cara penghematan energi listrik.
·
Penyampain sedikit materi yang belum terselesaikan dan
evaluasi hasil belajar siklus III dengan 10 soal uraian dalam waktu 60 menit.
|
a). Perencanaan
Pada tahap perencanaan,
peneliti bersama teman sejawat yang juga guru kelas merencanakan suatu
perbaikan pembelajaran dengan materi Gaya, Gerak, dan Energi Listrik.
Perencanaan mengikuti langkah sebagai berikut :
1) Membuat skenario pembelajaran
dengan memanfaatkan tutor sebaya dalam membantu siswa yang belum memahami bahan
ajar.
2) Membuat lembar observasi yang digunakan
untuk mencacat kejadian-kejadian saat berlangsungnya proses belajar mengajar.
3) Menyusun tes sub sumatif (alat
evaluasi), untuk melihat hasil belajar siswa setelah pembelajaran di semua siklus
telah selesai.
b). Pelaksanaan Tindakan
Kegiatan yang dilaksanakan
dalam tahap ini adalah melaksanakan skenario pembelajaran yang telah
direncanakan. Setiap siklus dilaksanakan dua kali pertemuan, langkah-langkah
yang dijalankan dapat dilihat sebagai berikut :
1) Peneliti (guru) mengkondisikan kelas, agar siswa
dapat mengikuti pembelajaran dengan tenang, aktif, dan disiplin pada saat
menyampaikan tujuan pembelajaran
2) Peneliti (guru) memotivasi siswa
untuk memperhatikan pembelajaran dengan menceritakan manfaat belajar Gaya,
Gerak, dan Energi Listrik yang ada dalam kehidupan sehari-hari.
3) Membuat kelompok belajar yang terdiri atas 5
siswa, pembentukan kelompok yang heterogen dengan memperhatikan jenis kelamin
dan tingkat kemampuan siswa. Tiap kelompok dketuai oleh seorang siswa dan
sekaligus sebagai tutor sebayanya.
4) Peneliti (guru) menuliskan sub pokok bahasan
yang akan dipelajarinva di papan tulis, menyelesaikan soal-soal IPA yang telah
disediakan sesuai dengan tujuan penelitian.
5) Peneliti (guru) bersama siswa bersama-sama
mempersiapkan alat dan bahan untuk melakukan demonstrasi atau eksperimen dengan
langkah-langkah sebagai berikut :
a. Demonstrasi atau eksperimen siklus I (Membuat Model Jungkat
Jungkit )
1. Guru
menyurh siswa melakukan secara berkelompok. Kemudian letakkanlah penggaris di
atas penghapus, usahakan sampai setimbang.
2. Letakkan sebuah koin pada salah satu
ujungnya, apa yang terjadi
3. Letakkan sebuah koin pada ujung yang
satunya lagi, apa yang terjadi
4. Kemudian
kalian tambahkan satu koin pada salah
satu ujungnya sehingga koin menjadi dua buah, apa yang terjadi?
5. Kemudian,
kamu geser dua buah koin tadi mendekati penghapus pensil sedikit-sedikit, apa
yang terjadi?
6. Kemudian
guru menyuruh siswa berdiskusi di dalam kelompok untuk menjawab
pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut (adanya tutor sebaya berpengaruh pada
diskusi ini):
a) Ketika kalian geser sedikit-sedikit dua
buah koin tersebut, apakah kalian menemukan titik kesetimbangan?
b) Ketika dua buah koin kalian geser sampai
setimbang, berapa jarak koin ke titik tumpu penghapus pensil?
c) Gaya apa yang memengaruhi penggaris
sehingga penggaris tersebut dapat bergerak ke atas dan ke bawah?
d) Selain menggeser dua buah
koin, apakah kesetimbangan dapat terjadi dengan cara menggeser penghapus
pensil?
b. Demonstrasi atau eksperimen siklus II
(Mengamati gejala listrik)
1. Guru
menyurh siswa menggosokkan penggaris plastik pada rambut kering. Perhatikan Gambar dibawah ini
2. Guru menyurh siswa mendekatkan
penggaris pada potongan kertas. Perhatikan Gambar dibawah ini
3.
Guru menyuruh
siswa mendiskusikan bersama teman-teman
sekelompoknya untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut.
a. Apakah potongan kertas tertarik
penggaris? Jika ya, jelaskan mengapa terjadi demikian?
b. Apa yang dapat kamu simpulkan
mengenai gejala kelistrikan dari percobaan di atas?
c.
Demonstrasi atau eksperimen siklus III (Penggolongan
Benda yang Isolator dan Konduktor)
1. Siapkan
alat dan bahan sebagai berikut.
a.
Lampu
b.
Baterai
c.
Klip logam
d.
Sedotan
e.
Kabel
f.
Karet gelang
g.
Paku
h.
Sendok logam
i.
Lembaran karton ukuran 4 x 10 cm
2.
Susunlah rangkaian seperti gambar di bawah
ini.
3.
Rangkaian tersebut dihubungkan dengan paku pada ujung kabel A dan
B.
4.
Apakah
lampu menyala?
5.
Coba
kamu ganti paku tadi dengan klip, sedotan, karet gelang, sendok, lembaran
karton, dan sumpit secara bergantian.
6.
Isilah tabel berikut dengan tanda √.
Benda
|
Lampu Menyala
|
Paku
|
|
Sedotan
|
|
Karet gelang
|
|
Sendok
|
|
Lembaran Karton
|
|
Klip
|
|
7. Kemudian
diskusikanlah bersama teman-temanmu untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan
berikut.
a.
Benda
mana saja yang termasuk konduktor listrik?
b.
Benda
mana saja yang termasuk isolator listrik?
c). Observasi
Pada tahap observasi, peneliti
sebagai guru pengajar bersama teman sejawat melakukan tindakan dengan teknik
observasi partisipasif dan menggunakan catatan lapangan serta analisis dokumen.
Intrumen yang digunakan dan yang akan diobservasi dalam penelitian ini adalah
hasil latihan soal, mutu keberadaan, perilaku siswa dan guru serta hasil tes
belajar IPA pada materi Gaya, Gerak, dan Energi Listrik.
d). Refleksi
Pada tahap refleksi ini
peneliti bersama-sama guru sebagai teman sejawat mendiskusikan hasil tindakan
pada setiap akhir tindakan, kemudian bila perlu direvisi tindakan sebelumnya
maka akan dilaksanakan pada tindakan berikutnya.
2. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan
pada bulan februari samapi maret di semester II tahun pelajaran 2012/2013 di SDN 006 Babulu.
3. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini
adalah siswa kelas VI 2012/2013
di SDN 006 Babulu dengan jumlah siswa sebanyak 30 orang.
4. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan
data dilakukan melalui observasi dalam setiap tindakan selama pengajaran
berlangsung, pengerjaan Demonstrasi, pekerjaan rumah, dan tes hasil belajar
pada setiap putaran. Tes yang digunakan berbentuk essay sebanyak 10 soal uraian
dengan waktu estimasi yang disediakan 2x30 menit. Tes dilaksanakan setiap akhir
siklus yang telah dilaksanakn dengan tujuan untuk mengetahui tingkat pemahaman
siswa terhadap materi yang telagh disampaikan oleh guru. Soal yang diteskan
disesuaikan dengan materi yang telah
diajarkan. Peningkatan hasil belajar siswa dapat dilihat dari rata-rata kelas
berdasarkan nilai tes pada setiap siklus.
5. Teknik Analisis Data
Penelitian
ini bersifat deskriftif kualitatif, yang hanya memaparkan data yang diperoleh
melalui observasi, pemberian soal-soal sebagai latihan dan tes hasil belajar.
Tim Proyek PSM (1999)
menyatakan, analisis data penelitian tindakan kelas terdiri atas tiga tahapan
yaitu reduksi data, paparan data dan penyimpulan.
1) Reduksi data
Reduksi data adalah proses
penyederhanaan yang dilakukan melalui seleksi, pemfokusan, dan pengabstraksian
data mentah menjadi informasi yang bermakna. Data yang diperoleh dari hasil tes
subsumatif (lembar jawaban siswa) dikelompokkan dalam kelas-kelas yang memiliki
kesamaan masalahnya masing-masing, sehingga akan memberikan informasi atau
gambaran yang jelas
2) Penyajian data
Penyajian data atau paparan
data merupakan penampilan data yang sederhana, kegiatan ini dilakukan setelah
data direduksi sesuai dengan masalahnya masing-masing. Penyajian data ini dapat
naratif, representatif tabulasi termasuk dalam bentuk matriks, atau dalam
bentuk lain.
3) Menarik kesimpulan
Menarik kesimpulan merupakan
kegiatan akhir dalam menganalisis data, kesimpulan merupakan proses pengambilan
intisari dari sajian data yang telah terorganisir dalam bentuk kalimat lain
atau formula yang singkat dan padat tetapi memiliki makna sehingga mampu
menjawab pertanyaan-pertanyaan tujuan penelitian.
6.
Indikator Kinerja
Untuk mengetahui keberhasilan
dalam proses belajar mengajar baik secara individu maupun klasikal, hasil
belajar kemudian dianalisis dengan menggunakan rumus berikut (Thoha, 1991):
Keterangan :
Mi = Besarnya nilai rata-rata
ΣX =
Jumlah seluruh skor hasil tes belajar
N =
Jumlah siswa peserta tes
Data yang didapat kemudian
disusun, dijelaskan dan akhirnya dianalisis dengan cara mendeskripsikan atau
menggambarkan dengan menyajikan dalam bentuk persentase untuk setiap siklus.
Yang menjadi indikator atau tolak ukur untuk
menyatakan bahwa pembelajaran yang berlangsung selama penelitian berhasil meningkatkan
hasil belajar siswa adalah jika terjadi peningkatan rata-rata hasil tes untuk
setiap putaran dari tingkat keberhasilan siswa dalam persen. Kriteria hasil
belajar didasarkan pada perhitungan nilai yang diperoleh siswa sebagaimana pada
tabel berikut ini.
Rata-rata nilai hasil belajar
siswa
(nilai Kuantitas)
|
Nilai Kualitas
|
|
Huruf
|
Kriteria
|
|
79 < x ≤ 100
69 < x ≤ 79
59 < x ≤ 69
49 < x ≤ 59
0 < x ≤ 49
|
A
B
C
D
E
|
Baik sekali
Baik
Cukup
Kurang
Kurang sekali
|
Sumber: Depdiknas, (2004)
D.
Hasil Penelitian dan Pembahasan
1
Hasil Penelitian dan observasi
Hasil observasi pada siklus I dapat dilihat pada tabel
berikut:
No
|
Aspek Pengamatan
|
Skor
|
Ket
|
|
1
|
Aktifitas Siswa
a.
Perhatian
siswa
b.
Partisipasi
siswa
c.
Pemahaman
siswa
|
2
2
2
|
1: Sangat
Kurang
2:
Kurang
3:
Cukup
4:
Baik
5:
Sangat
Baik
|
|
2
|
Aktifitas Guru
a.
Penyajian
Materi
b.
Kemampuan
memotivasi siswa
c.
Pengelolaan
kelas
d.
Pembimbingan
guru terhadap siswa
|
3
3
2
3
|
Hasil observasi
pada siklus II dapat dilihat sebagai berikut :
No
|
Aspek Pengamatan
|
Skor
|
Ket
|
|
1
|
Aktifitas Siswa
a.
Perhatian
siswa
b.
Partisipasi
siswa
c.
Pemahaman
siswa
|
3
3
3
|
1: Sangat
Kurang
2:
Kurang
3:
Cukup
4:
Baik
5:
Sangat
Baik
|
|
2
|
Aktifitas Guru
a.
Penyajian
Materi
b.
Kemampuan
memotivasi siswa
c.
Pengelolaan
kelas
d.
Pembimbingan
guru terhadap siswa
|
3
3
3
4
|
Hasil observasi
pada siklus III dapat dilihat sebagai berikut :
No
|
Aspek Pengamatan
|
Skor
|
Ket
|
|
1
|
Aktifitas Siswa
a.
Perhatian
siswa
b.
Partisipasi
siswa
c.
Pemahaman
siswa
|
4
4
4
|
1: Sangat
Kurang
2:
Kurang
3:
Cukup
4:
Baik
5:
Sangat
Baik
|
|
2
|
Aktifitas Guru
a.
Penyajian
Materi
b.
Kemampuan
memotivasi siswa
c.
Pengelolaan
kelas
d.
Pembimbingan
guru terhadap siswa
|
3
4
3
4
|
Berdasarkan hasil penelitian,
maka dapat dikatakan bahwa penggunaan metode Demonstrasi dengan pemanfaatan
tutor sebaya pada pelaksanaan pembelajaran IPA SDN 006 Babulu tahun ajaran 2012/2013 dapat meningkatkan nilai rata-rata siswa.
Pada hasil postest pada siklus
I menunjukkan dari 30 siswa sebanyak 19
orang siswa tuntas dengan nilai berkisar antara 50 sampai 80 dan nilai
rata-rata kelas adalah 64,67, siswa sudah bisa mengurutkan. Nilai ketuntasan
belajar siswa secara keseluruhan adalah 63,33%. Hasil postest pada siklus II
menunjukkan dari 30 siswa sebanyak 22 orang
siswa tuntas dengan nilai berkisar antara 60 sampai 90 dan nilai rata-rata
kelas adalah 69, siswa sudah bisa mengurutkan. Nilai ketuntasan belajar siswa
secara keseluruhan adalah 73,33%. Sedangkan hasil postest pada siklus III
menunjukkan dari 30 siswa sebanyak 27
orang siswa tuntas dengan nilai berkisar antara 60 sampai 90 dan nilai
rata-rata kelas adalah 74,33. Nilai ketuntasan belajar siswa secara keseluruhan
adalah 90%.
Hasil
penelitian menunjukkan bahwa hasil belajar siswa mengalami peningkatan dari
siklus I ke siklus II, begitu pula dari siklus II ke siklus III dengan
menerapkan pembelajaran metode demonstarsi dengan bantuan tutor sebaya pada materi Gaya, Gerak, dan Energi Listrik
Kelas VI SDN 006
Babulu tahun ajaran 2012/2013. Pembelajaran metode Demonstrasi dengan
pemanfaatan tutor sebaya ini membuat
siswa menjadi mandiri dan senang belajar karena diberi kesempatan untuk membagi
informasi dengan teman-temannya yang lain, selain itu diberi tanggung jawab
untuk mengatur dan mengkoordinasi kelompoknya. Dengan menggunakan model
pembelajaran ini siswa tidak hanya mendapat penjelasan dari peneliti sebagai guru,
tetapi mereka juga dapat bekerjasama dengan teman-teman dalam kelompoknya.
2. Pembahasan
a.
Siklus I (Sub Pokok Bahasan Hubungan Gaya
dan Gerak)
Pelaksanaan pembelajaran metode Demonstrasi dan tutor sebaya berjalan
cukup baik walaupun terlihat beberapa kesenjangan seperti : 1) Ada beberapa siswa
yang memandang remeh tutor dalam kelompoknya, 2) Ada beberapa tutor yang masih
belum siap membimbing temannya dalam belajar sehingga pembelajaran dalam
kelompok tersebut terasa canggung dan pasif baik karena kurang dapat
mengkomunikasikan maksudnya dengan baik maupun kurang dapat menerima tanggapan
dalam siswa lain dalam timnya, 3) Ada
beberapa siswa yang pasif dan ada pula siswa yang ribut sehingga menggangu
temannya.
Kemampuan peneliti dalam menyajikan materi dinilai sangat baik oleh Guru
yang bertindak sebagai obsever karena mampu menyampaikan materi dengan tepat
dan jelas, pertanyaan yang diberikan cukup mengenai sasaran, memberikan
kesempatan pada siswa untuk mengajukan pertanyaan dan memperhatikan tanggapan
yang berkembang pada siswa. Kemampuan peneliti dalam memotivasi siswa dinilai
baik karena siswa merasa senang belajar dengan cara bertukar informasi dengan
temannya sendiri. Cara belajar seperti ini (dengan mendemonstrasikan materi
yang akan disampaikan oleh guru) dianggap siswa unik, menyenangkan dan tidak
membosankan sehingga siswa lebih cepat mengerti mengenai materi yang diajarkan.
Pengelolaan kelas dinilai baik, walaupun peneliti mengalami kesulitan untuk
memusatkan perhatian siswa yang suka ribut. Bimbingan peneliti terhadap siswa
sudah baik, peneliti mengunjungi kelompok-kelompok yang mengalami kesulitan.
Pada pertemuan kedua di siklus pertama ini, dilakukan pengajaran seperti
pada pertemuan pertama tetapi pada materi yang berbeda ataupun yang belum
terselesaikan pada pertemuan sebelumnya. Dengan mengadakan diskusi dengan
siswa, disini peneliti melayani segala pertanyaan dan ketidakpahaman siswa mengenai materi yang telah diajarkan. Setelah
diskusi selesai peneliti membimbing siswa untuk menyimpulkan materi yang telah
dipelajari. Selanjutnya diadakan postest untuk mengukur keberhasilan
pembelajaran di siklus I ini. Dari hasil postest menunjukkan dari 30 siswa 19 orang siswa tuntas dengan nilai berkisar
antara 50 sampai 80 dan nilai rata-rata kelas adalah 64,67, siswa sudah bisa
mengurutkan. Persentase ketuntasan belajar siswa secara keseluruhan adalah
63,33%, dengan nilai ketuntasan belajar yang ditetapkan sekolah yaitu minimal
65.
Hasil yang telah dicapai pada siklus I ini yaitu :
a.
Beberapa siswa sudah dapat mengaplikasikan dalam
kehidupan sehari-hari konsep hubungan antara gaya dan gerak.
b. Beberapa siswa sudah dapat memahami materi
yang diajarkan oleh guru.
c. Aktivitas belajar siswa sudah mulai
meningkat dibandingkan dengan proses pembelajaran sebelumnya hal ini
dikarenakan siswa terlibat dalam kelompok yang ditujukan oleh guru untuk
melakukan demonstrasi.
d. Siswa yang lebih memahami materi pelajarn
sudah dapat membimbing siswa yang belum menguasai materi pelajaran dengan baik.
e. Hasil belajar siswa mulai ada peningkatan
dibandingkan dengan pembelajaran sebelumnya.
Beberapa hal yang perlu diperbaiki selama proses
pembelajaran, yaitu:
(1)
Suasana kelas yang ribut pada saat siswa bekerjasama dengan
teman kelompoknya pada saat dilaksanakannya demonstrasi
(2)
Beberapa siswa ada yang tidak terlalu memahami materi
yang menjadi kewajibannya, sehingga ketika ia setelah selesai melakukan
demonstrasi dan guru menerangkan materi pelajaran siswa masih terlihat bingung
dan belum fokus terhadap pembelajaran.
(3)
Ada
sejumlah siswa dalam kelompoknya yang mendominasi menyelesaikan tugas sehingga
teman yang lain terlihat pasif
(4)
Nilai rata-rata hasil belajar IPA siswa masih dinilai
cukup sehingga perlu ditingkatkan pada siklus berikutnya.
Berdasarkan hasil yang telah didapat peneliti bersama Guru sebagai obsever
akan meneruskan ke siklus yang kedua karena hasil yang didapat belum memenuhi
standar ketuntasan belajar yang telah disepakati yaitu sebesar 85%. Untuk
siklus selanjutnya peneliti akan lebih memotivasi siswa khususnya untuk siswa
yang pasif agar lebih aktif, peneliti akan lebih memperhatikan reaksi yang
berkembang pada siswa dan lebih membimbing siswa serta menindak tegas siswa yang
suka membuat keributan.
b.
Siklus II ( Sub Pokok Bahasan Arus Listrik
dan Rangkaian listrik)
Pada siklus kedua ini langkah-langkah yang dilakukan sama pada siklus I,
dan berdasarkan diskusi antara peneliti dan obsever pada siklus kedua ini peneliti akan lebih
memotivasi siswa khususnya untuk tutor yang masing kurang dalam membimbing
teman satu timnya dan siswa yang pasif agar lebih aktif, lebih memperhatikan
reaksi yang berkembang pada siswa dan lebih membimbing siswa serta menindak
tegas siswa yang suka membuat keributan.
Langkah awal dalam siklus II ini adalah mengkondisikan semua siswa siap
mengikuti proses pembelajaran dengan berada pada kelompok belajar
masing-masing. Selanjutnya diberikan materi pelajaran melalui kegiatan
demonstrasi untuk masing-masing kelompok.
Pada siklus ini pelaksanaan pembelajaran kooperatif berjalan lebih baik
dari siklus I karena siswa sudah terlihat bekerjasama dengan baik dalam
kelompoknya masing-masing. Peneliti mampu memotivasi siswa yang pasif menjadi
lebih aktif serta tutornya, dan tidak ada siswa yang membuat keributan.
Peneliti lebih membimbing siswa dengan mendekati ke kelompok-kelompok yang
mengalami kesulitan dan pasif. Kemampuan peneliti menyajikan materi baik
walaupun kurang memberikan variasi dalam penyampaiannya. Kemampuan peneliti
dalam memberikan motivasi pada siswa dinilai baik, peneliti mampu meningkatkan
keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran. Hal ini dilakukan dengan
pemberian dukungan serta
penguatan-penguatan agar siswa yang pasif mau bekerjasama dengan siswa lain.
Pengelolaan kelas yang dilakukan peneliti dinilai cukup baik. Peneliti tanggap
terhadap situasi yang terjadi di kelas, memberikan perhatian pada siswa, dan
memusatkan perhatian kelompok pada tugas yang diberikan.
Pada pertemuan kedua di siklus kedua ini, dilakukan pembelajaran dengan
materi yang berbeda setelah itu dilakukan
diskusi mengenai materi yang ada dalam buku pelajaran dan disini
peneliti melayani segala pertanyaan dan ketidakpahaman siswa mengenai materi yang telah diajarkan. Setelah
diskusi selesai peneliti membimbing siswa untuk menyimpulkan materi yang telah
dipelajari pada siklus ini. Selanjutnya diadakan postest untuk mengukur
keberhasilan pembelajaran di siklus II ini. Dari hasil postest menunjukkan dari
30 peserta tes 22 siswa tuntas dengan nilai berkisar antar 60
sampai 90 dan nilai rata-rata kelas
adalah 69, siswa sudah bisa memahami materi pelajaran yang telah disampaikan
oleh guru. Nilai ketuntasan belajar
siswa secara keseluruhan pada siklus II adalah 73,33%.
Refleksi pada siklus II yang
terpenting adalah bimbingan peneliti pada kelompok-kelompok masih sangat
diperlukan, keaktifan dan keberanian siswa dalam memberikan informasi sebaik
mungkin pada kelompok lain harus lebih ditingkatkan pada siklus selanjutnya. Berdasarkan
hasil observasi dan refleksi maka peneliti dan guru sebagai obsever sepakat
untuk melanjutkan pada siklus yang ketiga untuk memantapkan hasil peningkatan
hasil belajar dan untuk melihat apakah siswa benar-benar memahami materi Gaya,
Gerak, dan Energi Listrik dengan penggunaan metode Demonstrasi dengan
pemanfaatan tutor sebaya dalam proses pembelajaran.
Hal-hal yang telah dicapai pada siklus II, yaitu:
(1) Siswa sudah dapat merangkai dan emahami
konsep materi pelajaran tentang rangkaian listrik.
(2) Siswa mulai mau memberikan pendapat,
termotivasi dalam mengerjakan tugas, mau memberikan tanggapan terhadap pendapat
orang lain, dan mau bekerjasama dengan siswa lain pada saat dilaksanakan
demonstrasi.
(3) Ada peningkatan dalam memahami materi pelajaran
yang diberikan.
(4) Siswa lebih antusias pada saat demonstrasi.
(5) Nilai rata-rata hasil belajar IPA siswa
mengalami peningkatan dari 64,67 pada siklus I menjadi 69 pada siklus II.
Adapun hal-hal
yang perlu diperbaiki dalam kegiatan pembelajaran pada siklus selanjutnya adalah
sebagai berikut:
(1)
Masih ada siswa yang tidak dapat diajak berkooperatif
pada saat pembelajaran maupun saat mendemonstrasikan materi pelajaran.
(2)
Walaupun mengalami peningkatan tapi nilai rata-rata
hasil belajar IPA siswa masih dinilai cukup sehingga perlu ditingkatkan pada
siklus berikutnya.
Berdasarkan
masalah yang dihadapi pada siklus II belum terselesaikan, maka peneliti (guru)
beserta observer (rekan sejawat) sepakat untuk melanjutkan siklus ketiga
sehingga diperoleh hasil yang maksimal.
c.
Siklus III ( Sub Pokok Bahasan Sumber
listrik, sifat konduktor dan isolator listrik, serta manfaat dan cara
penghematan listrik)
Berdasarkan hasil refleksi
pada siklus I dan II, maka pada siklus ketiga ini peneliti akan terus membimbing
terhadap kelompok-kelompok terutama yang pasif, peneliti akan tetap bersikap
tegas terhadap siswa yang membuat keributan, serta meningkatkan keaktifan dan
keberanian siswa dalam menyampaikan informasi sebaik mungkin pada kelompok
lain.
Aktivitas peneliti maupun
siswa pada siklus ini secara keseluruhan mengalami peningkatan. Kemampuan
peneliti dalam penyajian informasi atau materi dinilai baik. Peneliti mampu
menyampaikan materi dengan jelas hingga siswa benar-benar paham, peneliti juga
memberi pertanyaan mengenai pembelajaran yang akan disampaikan, memberi
kesempatan pada siswa untuk bertanya, serta memperhatikan demonstrasi yang dilakukan
siswa. Pada siklus ini siswa semakin antusisa terhadap materi yang diajarkan
oleh guru. Hal ini dikarenakan demonstrasi yan akan dilakukan lebih menarik
perhatian siswa dibandingkan dengan demonstrasi sebelumnya. Kemampuan peneliti
memotivasi juga baik, peneliti melibatkan siswa pada proses pembelajaran
terutama pada siswa yang pasif. Hal ini dilakukan dengan pemberian dukungan dan
penguatan-penguatan agar siswa yang pasif mau bekerjasama dengan siswa lain.
Pengelolaan kelas dinilai baik, peneliti tanggap terhadap situasi yang terjadi
di kelas, memberikan perhatian pada siswa, memberi petunjuk yang jelas,
bimbingan peneliti terhadap siswa juga dinilai baik.
Sebelum dilakukan postest
siswa dibawah bimbingan peneliti mengambil kesimpulan inti mengenai
pembelajaran di siklus III ini. Selanjutnya dilanjutkan dengan postest diakhir
siklus. Dan hasil postest menunjukkan 90% dari 30 siswa tuntas dengan pencapaian nilai berkisar
antara 60 sampai 90 dan nilai rata-rata kelas 74,33. Dari analisis per item
soal siswa sudah dapat memahami tentang aplikasi Gaya, Gerak, dan Energi
Listrik dalam kehidupan.
Meningkatnya aktivitas siswa dan peneliti maka
meningkat pula hasil belajar yang didapat siswa. Masing-masing kelompok
meningkatkan kerjasama, perhatian, dan partisipasi mereka. Hal ini berdampak
pada hasil belajar siswa yang meningkat. Berdasarkan hasil yang telah didapat
peneliti guru bersama sebagai obsever sepakat tidak meneruskan ke siklus yang
selanjunya karena hasil yang didapat telah memenuhi standar ketuntasan belajar
yang telah disepakati yaitu sebesar 85% dan ini mengisyaratkan bahwa siswa
telah dapat memahami penerapan metode Demonstrasi dan tutor sebaya dalam
pembelajaran dengan baik terbukti dengan adanya peningkatan hasil belajar siswa
pada pokok bahasan Gaya, Gerak, dan Energi Listrik ini.
Berikut adalah grafik
peningkatan hasil belajar siswa :
Gambar 2 Grafik nilai rata-rata hasil belajar siswa
Berdasarkan penelitian tindakan kelas yang telah
dilaksanakan dari keseluruhan siklus benar-benar meningkatkan hasil belajar siswa melalui
metode pembelajaran Demonstrasi dengan memanfaatkan tutor sebaya terhadap
pemecahan masalah pada pokok bahasan Gaya, Gerak, dan Energi Listrik seperti
yang diperlihatkan oleh grafik diatas. Tingkat pemahaman guru dan siswa dalam mengatasi
suatu permasalahan yakni latihan soal secara menyeluruh lebih baik. Karena
dengan memanfaatkan tutor sebaya dalam metode Demonstrasi kelompok terhadap
pemecahan masalah sangat berguna sekali didalam memahami pokok bahasan Gaya,
Gerak, dan Energi Listrik serta dapat memacu belajar siswa lebih aktif serta
merangsang daya pikir siswa yang bertindak sebagai tutor maupun siswa yang lain
dalam satu kelompok tersebut. Hal ini dapat terjadi melalui kegiatan praktek
yang mengikuti petunjuk sampai pada akhir kegiatan.
Hal-hal yang telah dicapai pada siklus III, yaitu:
a. Siswa sudah dapat membedakan bahan-bahan
yang termasuk isolator dan konduktor listrik.
b. Siswa mulai mau memberikan pendapat,
termotivasi dalam mengerjakan tugas, mau memberikan tanggapan terhadap pendapat
orang lain, dan mau bekerjasama dengan siswa lain pada saat dilaksanakan
demonstrasi.
c. Ada peningkatan dalam memahami materi
pelajaran yang diberikan.
d. Siswa lebih antusias pada saat demonstrasi
dibandingkan dengan siklus sebelumnya.
e. Nilai rata-rata hasil belajar IPA siswa terus
mengalami peningkatan dari 64,67 pada siklus I menjadi 69 pada siklus II
menjadi 74,33 pada siklus III.
f. Persentase ketuntasan belajar siswa sudah
mencapai 85 %.
E.
Penutup
1
Kesimpulan
Metode
pembelajaran Demonstrasi dan pemanfaatan tutor sebaya dalam kelompok terhadap
pemecahan masalah pada pokok bahasan Gaya, Gerak, dan Energi Listrik sangat terbukti dapat memaksimalkan
hasil belajar siswa dimana siswa dapat belajar dan berbagi pendapat
dengan tutor sebayanya dalam memecahkan masalah dan menjalankan kegiatan
pembelajaran tersebut secara bersama-sama dengan mengerjakan Demonstrasi. Selain
itu metode ini dapat menarik perhatian siswa untuk lebih meningkatkan hasil
belajar yang maksimal. Ketercapaian tujuan pembelajaran akan lebih terarah apabila guru memanfaatkan berbagai sumber
pembelajaran yang ada secara baik dan efektif.
2.
Saran
Pemanfaatan
metode yang tepat, efektif dan lebih inovatif dalam melaksanakn proses
pembelajaran akan memberikan hasil yang lebih optimal dalam meningkatkan
aktivitas dan hasil belajar siswa.
Daftar Pustaka
Depdikbud. 1996. Kamus Besar Bahasa
Indonesia. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Natawidjaja. 1993. Pengajaran
Remedial. Jakarta: PD. Andreola.
Roestiyah, N.K 1991. Masalah
Pengajaran Sebagai Suatu Sistem. Jakarta : Rineka Cipta
Rohani, A.
1995. Pengelolaan Pengajaran.
Jakarta: Rineka Cipta.
Slameto. 1995. Belajar dan
Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta : Rineka Cipta
-----------. 1998. Bimbingan di
Sekolah. Jakarta : Bina Aksara.
Sudjana, N. (1991). Teori-teori
Belajar Untuk Pengajaran. Bandung: Universitas Indonesia
Sulistyanto. Heri, dkk. 2008. Ilmu
Pengetahuan Alam Untuk Kelas VI SD/MI. Jakarta : Pusat Perbukuan
http://www.addthis.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar