Senin, 31 Oktober 2011

Kepsek


Jadi Kepala Sekolah, Guru Harus Pegang Sertifikat LP2KS
REPUBLIKA.CO.ID, SOLO - Peningkatan mutu pendidikan nasional selanjutnya akan memasuki tahap baru, dan telah dimulai setahun ini. Kualitas anak didik yang ditentukan tenaga pendidik atau guru, juga ditentukan oleh kualitas kepala sekolah. Karena itu, calon kepala sekolah harus memiliki sertifikasi yang layak untuk menjadi pemimpin lembaga pendidik tersebut.

Untuk melakukan sertifikasi calon kepala sekolah, Kementerian Pendidikan Nasional telah membentuk dan menunjuk Lembaga Pengembangan dan Pemberdayaan Kepala Sekolah atau LP2KS sesuai Permendiknas No. 6 Tahun 2009. Hal utama yang setahun ini dilakukan LP2KS, yang dinyatakan Direktur LP2KS Siswandari, adalah melakukan penyiapan calon kepala sekolah."Kami melakukan seleksi administrasi dan akademik demi mencetak calon kepala sekolah yang akan memiliki nomor unik dalam sertifikatnya," papar Siswandari. Nomor yang dimaksud adalah Nomor Unik Pendidik dan Tenaga Kependidikan yang diberikan kepada guru formal maupun nonformal.

Pensertifikasian dilakukan LP2KS kepada guru sesuai Permendiknas No. 28 Tahun 2010 tentang Penugasan Guru sebagai Kepala Sekolah/Madrasah. Dijelaskan Siswandari -- yang juga Guru Besar Fakultas Ilmu Kependidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta (UNS) -- sertifikasi ini berupa penawaran kepada seluruh kepala daerah kabupaten/kota se-Indonesia. LP2KS mensyaratkan, yang didaftarkan adalah guru potensial, bersedia membiayai diklat calon kepala sekolah dan guru yang meraih serifikasi LP2KS akan ditempatkan sebagai kepala sekolah sesuai posisi yang ada di daerah tersebut.

Sebagai pilot project, LP2KS telah melakukan Program Penyiapan Kepala Sekolah di Jawa Timur. Dari 20 calon kepala sekolah yang diajukan, hanya 18 yang lolos seleksi administrasi dan berkurang menjadi delapan orang guru yang lolos pada tahap seleksi akademik. Untuk seleksi adminstrasi, Pasal 2 ayat (2) Permendiknas No. 28/2010 mensyaratkan calon kepala sekolah minimal memegang gelar Strata 1, usia maksimal 56 tahun dan pengalaman minimal 5 tahun sebagai pendidik atau tenaga pendidik.

Sementara untuk seleksi akademik, penilaian dilakukan melalui potensi kepemimpinan. Potensi kepemimpinan calon kepsek didapatkan melalui rekomendasi kepsek yang menjabat saat dikirim, penilaian kinerja guru, menyusun makalah kepemimpinan dan mempresentasikannya di hadapan lembaga penilai nasional dengan syarat minimal kelulusan memuaskan. Setelah berhasil lolos kedua seleksi tadi, calon kepsek akan mendapatkan pelatihan yang dilakukan LP2KS melalui serangkai pembelajaran.

Selama 70 jam pelajaran (JP) atau 7 hari, calon kepsek akan mendapatkan materi mengenai manajerial, supervisi dan pelatihan kewirausahaan, kepribadian, dan sosial. Lalu dilanjutkan on the job learning (OJL) dengan 200 JP atau 3 bulan untuk materi implementasi rencana tindakan kepemimpinan dan flexible learning.

Dan selanjutkan 30 JP atau 30 hari untuk penilaian portofolio hasil OJL selama 3 bulan tadi dengan mempresentasikannya. "Saat OJL, calon guru akan 150 jam pelajaran mengajar di sekolah asalnya dan 50 jam pelajaran sisanya di sekolah lain," tambah Kepala Seksi Peningkatan Kompetensi LP2KS, Abdul Kamil Marisi.

Pada 21-24 Februari kemarin, LP2KS telah melakukan piloting Program Penyiapan Kepsek di lima kabupaten/kota di Kalimantan, yaitu Kotabaru, Banjarmasin, Kotawaringin Barat, singkawang dan Kutai Kertanegara. Dan April nanti akan dilanjutkan pada 15 kabupaten/kota mulai dari Aceh hingga Jeneponto di sulawesi Selatan.
Tulisan Terkait
7 Kiat Praktis Guru Menulis

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiFHPJR1uONSucwbd9Xjgp19_I_nL_b3psOctkggBKW0hYcNH79m7XhzmP5p8P34ndi4NaCokZHIvTXFpOLChMscZpPBouhgiL8v1yQkspasQqR9O-G3gI-asacYIO7MgH-uHyL3zihsrI/s200/KKG+rame2.jpg
Bertempat di Aula PGRI Kabupaten Kuningan, sebuah kegiatan workshop “Kiat Praktis Guru Menulis” diselenggarakan oleh KKG Kab. Kuningan, pada Senin 28/2/2011, dengan narasumber Irsan Fajar, SPd (Guru SMPN 1 Kuningan) dan Dra. Sri Endang Susetiawati (Guru SMPN1Kalimanggis). 

Dra. Sri Endang Susetiawati diundang sebagai seseorang yang memiliki best practice, sebagai Juara 1 dan Juara 3 Tingkat Nasional Lomba Karya Tulis Perpusnas RI dan Dispenal Mabes TNI AL. Sekitar 60-an perwakilan guru SD se Kab. Kuningan tampak cukup antusias untuk mengikuti kegiatan tersebut. Sepertinya, mungkin mereka agak penasaran, kira-kira bagaimanakah kiat praktis untuk membuat tulisan populer, seperti yang biasa dimuat di sejumlah media massa itu ?
Kiat praktis pertama, adalah yakinkan pada diri sendiri bahwa sesungguhnya menulis itu merupakan pekerjaan yang mudah, atau bahkan sangat mudah. Mengapa ? Karena, menulis tak ada bedanya dengan berbicara. Bukankah setiap orang dapat dengan mudah untuk berbicara, bukan ?
Secara potensial, jika seseorang dapat berbicara, maka ia pun akan dapat menulis pula. Tentu saja, hal ini tidak berlaku buat mereka yang masih buta huruf, bukan ? Jika berbicara mengeluarkan suara yang dapat terdengar, maka menulis menghasilkan tulisan yang dapat terlihat atau terbaca. Jadi, kiatnya amat sederhana saja, “Tulislah apa yang ingin anda bicarakan !”.
Kiat praktis kedua, mulailah saja untuk menulis, tanpa anda harus menunggu pandai menulis terlebih dahulu. Mulailah menulis, tanpa perlu khawatir tulisannya akan dianggap kurang bagus, tidak memenuhi syarat, atau kurang berbobot. Masalah menulis seringkali berawal dari kekhawatiran-kekhawatiran semacam tersebut, sehingga tulisan acapkali tidak beranjak dari beberapa kata atau kalimat permulaan saja. Keadaan ini biasa dialami oleh mereka yang termasuk para penulis pemula. Mungkin, termasuk juga saya pada saat awalnya.
Sebagian di antara mereka, ada yang mengajukan pertanyaan, “Bagaimana memulainya ? Saya sering bingung mau menulis apa lagi ? Saya sering kehabisan kata-kata untuk melanjutkan tulisannya”. Jika hal ini masalahnya, maka gunakan saja “jurus sapujagat” dalam menulis. Yaitu, (1) apa yang terfikir, tuliskan !; (2) apa yang terdengar, sampaikan !; (3) apa yang terlihat, tanggapi !; (4) apa yang terasa, ungapkan; (5) apa yang teralami, ceritakan !; (6) apa yang terbaca, komentari !. Mudah, bukan ?
Kiat praktis ketiga, selesaikan tulisan anda, sesuai dengan apa adanya. Teruslah menulis hingga selesai  berdasarkan apa yang anda mau, apa yang anda pikirkan, atau apa yang anda alami, tanpa harus terganggu untuk melakukan perbaikan sana sini terlebih dahulu. Biarkan tulisan itu sampai selesai, dengan lancar dan mengalir berdasarkan aliran kata-kata, kalimat, sistematika penulisan, dan gaya penulisan milik anda sendiri.
Kiat praktis keempat, jika tulisan dianggap selesai, barulah anda baca kembali untuk dilakukan perbaikan di sana-sini. Perbaikan tersebut antara lain, bisa berupa (1) perbaikan susunan urutan tulisan, dari bagian awal (misal latar belakang,masalah), uraian pembahasan dan bagian akhir (seperti kesimpulan, usulan, solusi); (2) penambahan atau pengurangan kata atau kalimat yang dianggap perlu, terutama bila dikaitkan dengan adanya persyaratan minimal atau maksimal jumlah halaman tulisan; (3)  perbaikan kesalahan pengetikan huruf atau kata, sehingga tulisan menjadi rapih.
Kiat praktis kelima, poleslah tulisan anda agar lebih menarik untuk dibaca. Beberapa hal yang dapat dilakukan, antara lain adalah sebagai berikut : (1) Ulangi baca kembali, untuk merasakan kelancaran tulisan dan semangat apa yang ditulis, kemudian rasakan gaya dan irama penulisan anda; (2) Hindari penulisan yang bersifat monoton, kurang memiliki ruh atau semangat alias datar-datar saja, dengan menambahkan ilustrasi yang lebih konkret dan menarik, atau tambahkan beberapa kata atau kalimat aktual, cuplikan dari berita, ucapan tokoh atau penulis lain yang dianggap mampu memberikan bobot dan daya tarik di sela-sela paragraf tulisan yang sesuai;
(3) Beri penekanan pada beberapa kalimat, misalnya dengan membuat huruf menjadi miring, ditebalkan atau diberi tanda kutip, untuk menandai bagian tersebut sebagai sesuatu yang penting dan dapat menarik pembaca. (4) Bila perlu, tambahkan beberapa sub judul pada setiap paragraf atau alinea yang secara khusus membahas uraian sub topik tertentu yang dianggap menarik dan penting bagi pembaca.
(5) Buatlah judul tulisan, dan pastikan judul mewakili isi tulisan atau inti pesan yang ingin disampaikan kepada pembaca. Judul tulisan diharapkan dapat menarik pembaca untuk membaca lebih lanjut mengenai isi tulisannya. Perlu diingat, bahwa untuk jenis tulisan populer atau bukan formal, sebaiknya pemberian judul dilakukan setelah tulisan selesai. Bukan sebaliknya, menentukan judul dulu, baru menguraikan isinya. Anda akan terjebak pada judul tulisan, dan membuat penulisan menjadi kurang bebas dan berkembang, serta akhirnya tulisan menjadi kurang menarik untuk dibaca.    
Kiat praktis keenam, ulangi, dan teruslah anda menulis. Jadikan kegiatan menulis menjadi kebiasaan anda. Kualitas tulisan akan berkembang dengan sendirinya seiring dengan seringnya anda menulis secara terus-menerus, dan berkelanjutan. Sekali-kali, bacalah kembali tulisan-tulisan anda sebelumnya agar dapat mengetahui dan merasakan perkembangan yang telah anda peroleh dalam hal kemampuan menulis. Berikan penilaian atas hasil tulisan anda sendiri, dengan memposisikan anda sebagai orang lain yang sedang membaca tulisan anda. Penulis yang baik, perlu bertindak menjadi orang lain sebagai pembaca atas tulisannya sendiri.
Kiat praktis ketujuh, untuk memperoleh hasil tulisan yang lebih baik, biasakan anda membaca tulisan orang lain yang memiliki kualitas tulisan yang telah diakui, antara lain tulisan artikel di koran atau majalah nasional. Semakin anda sering dan banyak membaca tulisan-tulisan yang bermutu dan bagus, maka dengan sendirinya anda akan terpoles lebih baik dalam hal kemampuan anda menulis dengan gaya anda sendiri. Termasuk pula kebiasaan anda membaca sejumlah buku yang dapat dijadikan sebagai referensi yang baik dan segar bagi tulisan yang akan anda tulis.
Kiat praktis selanjutnya, dapatkan dari pengalaman anda sendiri. Pasti, anda akan menemui kiat praktis menulis yang lebih banyak dan lebih baik lagi, dari sekedar yang ada pada tulisan ini. Dan, jangan lupa anda pun perlu berbagi pengalaman pula kepada yang lainnya. Termasuk, kepada mereka yang tidak hadir pada acara KKG kemarin. Bukankah begitu, kawan ? ***

(Oleh Sri Endang S)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar